Sunday, October 17, 2010

jurnal audiologi pekak

ORIGINAL ARTICLE

Savitri E. Audilogy figures for nasopharynx carcinoma patients
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008

AUDIOLOGY FIGURES FOR NASOPHARYNX
CARCINOMA PATIENTS FROM WAHIDIN
SUDIROHUSODO HOSPITAL, MAKASSAR BEFORE
AND AFTER TREATMENT WITH CISPLATIN

Eka Savitri, Eryadi Djamzuli, Nur Qamariah
Ear Nose Throat Departement, Medical Faculty,
Hasanuddin University, Makassar

ABSTRACT
Background: Cisplatin is an effective chemotherapy agent which is currently used
as standard treatment for most malignancies, including nasopharinx carcinoma (NPC).
However, clinical application is limited because of serious and irreversible toxicity
including ototoxicity. Objectives: To measure the audiologic patterns of nasopharinx
carcinoma patients before and after a regime of Cisplatin therapy. Methods: Ten
patients from Wahidin Sudirohusodo hospital diagnosed with NPC that were treated
by using Cispatin regiments for 5 cycles were involved in the study. Pure tone
audiometric (PTA) and Oto Acoustic Emission (OAE) were measured before and after
chemotherapy. Results: Seventy percent of the patients treated with the Cisplatin
regime had decreased hearing ability at high frequenceis (4000, 6000 and 8000 Hz)
while the remaining 30% were normal. OAE results showed that 40% of the patients
had bilateral sensoryneural hearing loss, 10% had bilateral sensoryneural hearing
loss and 50% were normal after chemotherapy. Conclusions: There was a decrease
in both the PTA & OAE figures of nasopharynx patients after Cisplatine therapy.
Keywords : Audiology, nasopharynx, cancer, Cisplatin

GAMBARAN AUDIOLOGI PENDERITA KARSINOMA NASOFARING YANG
DITERAPI DENGAN CISPLATIN DI RUMAH SAKIT WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
Latar belakang: Cisplatin merupakan kemoterapi yang cukup efektif untuk terapi
berbagai keganasan, termasuk karsinoma nasofaring (KNF), namun penggunaannya
secara klinis dibatasi karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran
sensorineural permanen. Tujuan: untuk mengetahui gambaran audiologik pasien KNF
Metode: pemeriksaan Pure Tone Audiometry (PTA) dan Oto Acoustic Emission (OAE)
dilakukan pada penderita KNF sebelum dan sesudah terapi Cisplatin. Subyek penelitian
adalah semua pasien KNF yang diterapi dengan regimen Cisplatin, yang datang berobat
ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Hasil: gambaran PTA menunjukkan dari 10
orang pasien KNF yang mendapatkan regimen Cisplatin, 70% penderita mengalami
penurunan ambang pendengaran pada frekwensi tinggi (4000, 6000, 8000 Hz).
Gambaran OAE menunjukkan 40% penderita tuli sensorineural bilateral dan 10%
penderita tuli sensorineural unilateral. Simpulan: terdapat perubahan gambaran PTA
dan OAE sebelum dan sesudah pemberian Cisplatin pada pasien KNF di Makassar
Kata kunci: Audiologi, nasofaring, kanker, Cisplatin
Savitri E. Audilogy figures for nasopharynx carcinoma patients
18

 ORIGINAL ARTICLE
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008

PENDAHULUAN
Cisplatin merupakan kemoterapi yang
cukup efektif untuk terapi berbagai
keganasan, termasuk KNF, namun dapat
menyebabkan berbagai efek samping
yang berat dan irreversibel seperti
ototoksik, yang menyebabkan
keterbatasan penggunaannya secara
klinis1.
Mekanisme ototoksik yang ditimbulkan
cisplatin belum jelas, namun Cisplatin
telah diketahui menyebabkan gangguan
pendengaran sensorineural permanen
pada nada tinggi sesuai dengan
kerusakan yang terjadi di basal cochlea1,2.
McAlpine and Johnstone pada hewan
coba mendapatkan kerusakan di sel-sel
rambut luar dari cochlea tanpa kerusakan
di stria vaskularis. Peneliti yang sama
juga mendapatkan adanya kemampuan
Cisplatin menghambat sintesis. DNA
dan RNA dan meningkatkan kadar
radikal bebas, bersifat toksik pada sel3.
Ravi berpendapat bahwa kerusakan
koklea dipengaruhi oleh penurunan
kapasitas antioksidatif yang dimilikinya
akibat pengaruh pemberian cisplatin
yang meyebabkan berkurangnya kadar
glutation koklea, berkurangnya glutation
oksidase dan meningkatnya aktivitas
katalase dan dismutasi superoksida.2,3
Adanya efek ototoksik yang ditimbulkan
akibat pemberian Cisplatin, maka perlu
dilakukan penelitian tentang gambaran
audiologi pada penderita KNF yang
diterapi regimen Cisplatin di RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran audiologik
penderita KNF yang mendapat regimen
terapi Cisplatin melalui pemeriksaan
Pure Tone Audiometric (PTA) sebelum
dan sesudah kemoterapi dan Oto
Acoustic Emission (OAE) sesudah
kemoterapi. Dengan mengetahui
gambaran audiologik, diharapkan
tindakan kuratif dan preventif untuk
mencegah penurunan pendengaran
akibat efek ototoksik Cisplatin, dapat
dilakukan lebih dini.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah pre and post test design dengan
follow up test pemeriksaan PTA dan
OAE. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi deskriptif prospektif
eksperimental. Penelitian dilaksanakan di
bagian THT RS Wahidin Sudirohusodo /
Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
Yang menjadi subyek penelitian ini
adalah pasien KNF yang mendapat
regimen kemoterapi cisplatin, 100mg/m2
yang dikombinasi dengan 5 FU 500 mg/
m2. Kriteria subyek penelitian adalah
sebagai berikut:
Kriteria Inklusi :
1. Pasien KNF yang ditetapkan
berdasarkan gambaran patologi
anatomi
2. Umur 15 – 50 tahun
3. Penderita KNF stadium I - III
4. Bersedia mengikuti penelitian dengan
menandatangani inform consent
5. Mendapatkan regimen kemoterapi
cisplatin sebanyak 5 siklus
Kriteria Eksklusi :
1. Mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, diabetes melitus,
penggunaan obat ototoksik lama
2. Mempunyai gambaran audiologi
sensorineral hearing loss pada
gambaran PTA sebelum kemoterapi
diberikan
19
ORIGINAL ARTICLE
Savitri E. Audilogy figures for nasopharynx carcinoma patients
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008

HASIL PENELITIAN
Gambaran PTA pada telinga kanan dan telinga kiri dari 10 pasien KNF sebelum dan
sesudah kemoterapi adalah seperti yang terdapat pada tabel 1 dan tabel 2
Tabel 1. Gambaran PTA pada telinga kanan dan telinga kiri dari 10 pasien KNF
sebelum kemoterapi
Pasien Telinga kanan Telinga kiri
1 Pendengaran normal (20 dB) Tuli konduktif ringan (30 dB)
2 Tuli konduktif Sedang (50 dB) Tuli konduktif ringan (26,67dB)
3 Tuli konduktif ringan (30 dB) Tuli konduktif sedang (36,67 dB)
4 Tuli konduktif Sedang (48,33 dB) Pendengaran normal (18,33 dB)
5 Tuli konduktif sedang (45 dB) Tuli konduktif sedang (43,33dB)
6 Tuli campuran sedang Berat (70 dB) Tuli campuran Berat (80 dB)
7 Tuli konduktif ringan (30 dB) Tuli konduktif sedang (45 dB)
8 Tuli konduktif sedang (55 dB) Tuli konduktif sedang (50 dB)
9 Tuli konduktif berat (73,33 dB) Tuli konduktif sedang (46,67 dB)
10 Tuli konduktif sedang (51,67) Tuli konduktif ringan (30 dB)
Tabel 2. Gambaran PTA pada telinga kanan dan telinga kiri dari 10 pasien KNF
setelah kemoterapi
Pasien Telinga kanan Telinga kiri
1 Pendengaran normal (16 ,67dB) Pendengaran normal (16,33dB)
2 Tuli konduktif ringan (38,33dB) Pendengaran normal (15 dB)
3 Pendengaran normal(15dB) Pendengaran normal (15 dB)
4 Pendengaran normal (16,66 dB) Pendengaran normal (18,33 dB)
5 Pendengaran normal(21,66 dB) Pendengaran normal (18,33 dB)
6 Tuli Total Tuli Total
7 Pendengaran normal (20 dB) Pendengaran normal (15 dB)
8 Tuli konduktif ringan (40 dB) Tuli konduktif ringan (30 dB)
9 Tuli konduktif sedang (55 dB) Tuli konduktif sedang (45 dB)
10 Tuli konduktif ringan (26,67 dB) Pendengaran normal (25 dB)
Savitri E. Audilogy figures for nasopharynx carcinoma patients
20
ORIGINAL ARTICLE
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008
Meskipun sebagian besar (50%) pada
telinga kanan dan 70% pada telinga kiri
subyek penelitian gambaran PTA setelah
kemoterapi cisplatin adalah normal,
namun apabila dilihat pada frekuensi
tinggi (4000, 6000 dan 8000 Hz), maka
didapatkan gambaran PTA yang menurun
(air conduction maupun bone
conduction) pada frekuensi tersebut,
pada sebagian besar penderita KNF yang
menjadi subyek penelitian (Tabel 3).
Gambaran PTA penderita KNF setelah
pemberian Cisplatin yang mengalami
penurunan pada frekuensi tinggi (4000,
6000 dan 8000 Hz) bilateral adalah
sebesar 70%. Gambaran PTA ditunjang
oleh gambaran OAE yang juga dilakukan
setelah kemoterapi diberikan, dari
gambaran OAE didapatkan 40% tuli
sensorineural bilateral, 10% tuli
sensorineural unilateral dan selebihnya
50% adalah normal.

PEMBAHASAN
Sebelum kemoterapi dilakukan
sebagian besar penderita (50%) telinga
kiri dan kanan mempunyai penurunan
pendengaran berupa tuli konduktif
sedang, hal ini disebabkan oleh adanya
massa tumor primer yang menyebabkan
sistem konduksi terganggu. Dengan
pemberian Cisplatin massa tumor
mengecil pada sebagian subyek
penelitian sehingga gambaran PTA yang
dihasilkan menunjukkan normal
hearing pada 50% telinga kanan dan
70% telinga kiri. subyek penelitian Hal
tersebut menunjukkan bahwa regimen
kemoterapi yang diberikan mempunyai
efektifitas yang baik sebagai antikanker
pada KNF.
Namun apabila diamati dari gambaran
PTA secara keseluruhan terutama pada
frekuensi tinggi (frekuensi 4000, 6000,
8000), maka terdapat penurunan ambang
pendengaran (AC dan BC) pada 70%
subyek penelitian. Ini menunjukkan telah
terdapat ketulian sensorineural pada
subyek penelitian yang berdasarkan
literatur disebabkan oleh efek samping
Cisplatin yang bersifat ototoksik yang
menimbulkan kerusakan di sel-sel rambut
luar dari cochlea1,2. Meskipun mekanisme
ototoksik yang ditimbulkan Cisplatin
belum diketahui pasti, namun McAlpine
and Johnstone pada penelitian hewan
coba menemukan adanya kemampuan
Cisplatin menghambat sintesis. DNA
dan RNA yang dapat meningkatkan
kadar radikal bebas, yang bersifat toksik
pada sel3,4. Hal ini ditunjang oleh hasil
pemeriksaan OAE yang menunjukkan
Tabel 3. Persentase perubahan gambaran PTA dari 10 orang penderita karsinoma
nasofaring sebelum dan sesudah pemberian Cisplatin
Telinga kiri Telinga kanan
Sebelum (%) Sesudah (%) Sebelum (%) Sesudah (%)
Pendengaran normal 10 50 10 70
Tuli konduktif ringan 20 30 30 10
Tuli konduktif sedang 60 10 50 10
Tuli konduktif berat 10 0 0 0
Tuli total 0 1 0 1
21
ORIGINAL ARTICLE
Savitri E. Audilogy figures for nasopharynx carcinoma patients
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008
gambaran 40% ketulian sensorineural
bilateral dan 10 % tuli sensorineural
unilateral pada subyek penelitian, yang
memastikan bahwa telah terjadi
kerusakan sensorineural pada
penderita KNF yang diterapi dengan
Cisplatin.
Ketulian sensorineural bilateral
khususnya nada tinggi pada 70% (PTA)
dan 40% (OAE) sesuai penelitian
sebelumnya (Bellman, 1996; Nagy et al.,
1999; Blakely & Myers, 2000; Schaefer,
Post, Waters et al., 2001; Melamed,
Selim & Schuchman, 2003). Meskipun
ada penelitian lain juga menyebutkan
bahwa ketulian sensorineural akibat
Cisplatin ini dapat juga bersifat unilateral
(Waters et al., 1999), hal tersebut juga
terdapat pada penelitian ini, dimana
10% subyek penelitian mengalami
ketulian sensorineural yang bersifat
unilateral5,6,7.
Adanya perbedaan respon ototoksik
yang terjadi pada sebagian subyek
dimana ada sebagian subyek yang
mengalami kerusakan pendengaran
(70%) sementara sebagian lain normal
(30%) yang timbul pada masing-masing
subyek, berdasarkan beberapa
penelitian karena efek ototoksik cisplatin
sangat dipengaruhi oleh variasi individu,
dosis yang diberikan, durasi pemberian,
umur penderita serta pemberian obatobat
ototoksik lain yang diberikan. Faktorfaktor
tersebut sangat berpengaruh
pada kemunculan efek otoksik.
Ototoksik dapat muncul sejak awal
pemberian kemoterapi namun dapat
muncul beberapa tahun setelah
kemoterapi diberikan6,7.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa Cisplatin dapat memperbaiki
gangguan pendengaran nada rendah
akibat mengecilnya ukuran tumor harus
terjadi penurunan pendengaran untuk
nada tinggi. Perlu dilakukan
pemeriksaan audiologi sebelum dan
sesudah pemberian Cisplatin untuk
mengontrol terjadinya gangguan
pendengaran yang besar setelah
pengobatan.

DAFTAR RUJUKAN
1. Marshall NE, Ballman KV, Michalak JC, et
al. J Neuro-Oncol. 2005
2. Kwong DL, Wei WI, Sham JS, et al.
Sensorineural hearing loss in patients
treated for nasopharyngeal carcinoma. a
prospective study of the effect of radiation
and cisplatin treatment. Int J Radiat Oncol
Biol Phys 1996; 36: 281–89
3. Nagy JL, Adelsten DJ, Newman CW, et al.
Cisplatin ototoxicity: the importance of
baseline audiometry. Am J Clin Oncol
1999; 22(3): 305–8
4. McAlpine D, Johnstone BM. The ototoxic
mechanism of cisplatin. Hear Res 1990;
47: 191-203.
5. Ravi R, Somani SM, Rybak LP. Mechanism
of cisplatin ototoxicity: antioxidant system.
Pharmacology & Toxicology 1995; 76: 386-
94
6. Cheng AG, Cunningham LL, Rubel EW.
Mechanisms of hair cell death and
protection a Curr Opin Otolaryngol Head
Neck Surg 2005; 13: 343-48.
7. Hyppolito MA, deOliveira JAA, Lessa RM,
Amifostine otoprotection to cisplatin
ototoxicity: a guinea pig study using
otoacoustic emission distortion products
(DPOEA) and scanning electron
microscopy Rev Bras Otorrinolaringol.
2005; 71(3): 268-73

No comments:

Post a Comment